Huajan Hari Ini


Huajan Hari Ini
(Darul Muhajirin)

            Hujan, sebuah keadaan di mana air turun dari langit membasahi permukaan bumi yang menyisakan bau tanah basah. Hujan sering kali meninggal kan bekas berupa genangan-genangan air dalam tanah-tanah landai atau aspal berlubang. Sesuai dengan sifat alaminya, yang selalu turun ke bawah menuju tempat yang lebih rendah dari sekitarnya. Dan oleh sebab itu air selalu mencari laut untuk bernaung, menyembunyikan amarahnya pada penduduk bumi.
 Mari kita bayangkan sejenak, jika air hujan tak bisa tertampung oleh luasnya samudra dan beribu-ribu aliran sungai serta danau, apakah dunia ini tidak akan tenggelam. Mungkin dalam satu atau dua minggu saja semua permukaan bumi akan berubah seketika menjadi genangan air tanpa daratan. Dari air hujan yang turun dari langit, atau dari air yang muncul dari bawah tanah, semua itu akan dengan cepat membanjiri permukaan bumi. Dan pastilah manusia akan tenggelam jika tak memiliki sirip serta insang, untuk bertahan hidup.
Ayo kita bayangkan sejenak, seberapa kekuatan dari air yang singgah di bumi kita tercinta. Sebuah kekuatan besar yang tersembunyi di balik jernihnya air dari semua mata air. Air yang kadang kita sepelekan dengan ketenangan dan kejernihannya, menyembunyikan kekuatan tak terhingga. Contoh saja tsunami yang terjadi dua puluh tahun terakhir ini, entah itu di Aceh, ataupun di Jepanag. Entah itu berupa banjir bandang atau juga tanah longsor, semua sama, semua tentang air yang melepaskan kemurkaannya kepada manusia. Semua tentang air, semua tentang bagaimana ketenangan, menjadi kemurkaan yang amat dahsyat.
Apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh berliter-liter air yang ada di sekitar kita. Semua air itu seperti ingin berbincang dengan kita, tentang ketidak puasannya kepada ulah manusia. Apakah itu yang ingin disampaikan air kepada kita, atau ada hal lain yang ingin ia beri tahu kepada kita?. Air selalu datang kepada kita setiap hari, entah itu berupa setitik embun, gugusan awan, tetesan air hujan, atau pun hamparan samudera luas. Kita selalu dekat dengan air, bahkan sebagian besar tubuh kita berisi air, tapi kenapa kita tak pernah bisa mengerti apa yang coba diungkapkan oleh tetesan-tetesan air itu.
Banyak yang menafsirkan ungkapan dari air dengan bahasa, tapi seolah semua itu tidak sempurna. Khususnya air hujan, banyak sekali yang coba untuk menafsirkan ungkapan air hujan dengan kata-kata. Ada yang mencoba melambangkan perasaannya dengan tetesan-tetesan air dari langit dengan kesedihan, kedukaan, atau hal lain yang berhubungan dengan air mata. Ada yang menafsirkan dengan kegembiraan, khususnya untuk anak kecil, karena mereka bisa bermain sepuasnya. Atau hal yang paling membahagiakan adalah setelah hujan turun, ada pelangi yang terlukis di langit biru.
Semua orang menafsirkan hujan dengan berbagai sudut pandang sesuai pada pengalaman mereka masing-masing. Mereka mengaitkan kenagnnya tentang hujan dengan penafsirannya atas ungkapan yang dibawa oleh hujan. Hujan adalah seolah menjadi cerminan dari perasaan manusia, untuk mengungkapkan isi hatinya. Tapi tak ada yang coba untuk memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan hujan dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Kadang seseorang mengungkapkan semua hal tentang hujan lewat caranya sendiri, dan masing-masing orang tidak sama dalam mengungkapkan. Ada yang menggunakan dengan lagu, kita bisa hitung sendiri berapa lagu yang telah tercipta dari tetesan air hujan. Ada yang mengungkapkan dengan syair, prosa, bahkan lukisan tentang hujan. Tapi semua hanya melukiskan kenangannya dalam penyampaian sebuah karya, entah itu berbentuk lagu, syair, prosa, atau lukisan. Tapi tetap, tak ada satu pun yang mewakili perasaan hujan, semua hanya melambangkan hujan sebagai perasaan mereka.
Sekarang pertanyaannya adalah, apakah hujan juga punya sesuatu untuk diungkapkan kepada manusia?. Apakah hujan punya maksud tertentu saat ia turun dan membasahi permukaan bumi?. Hujan yang terus turun dalam bulan ini, sebenarnya ingin mengungkapkan apa, pada kita semua. Jika didasarkan pada siklus alamiah, banyak keterlambatan dalam siklus alam saat ini. Jika berdasarkan pemanasan gelobal yang berakibat pada siklus alamiah, akan timbul pertanyaan apa penyebab pemanasan global tersebut. Tak pernah ada jawaban yang pasti dari kenapa hujan turun ke bumi, dan ada  akibat setelah hujan terjadi.
Bila hujan hanya membawa air dari langit serta tak menyisakan bekas di hati manusia, mengapa setiap orang memaknai hujan secara berbeda?. Seperti memang ada, yang ingin disampaikan hujan pada manusia, tapi tak pernah lengkap. Ada yang mendapat ungkapan sedikit dari hujan, dan ada yang mendapatkan banyak. Tapi tetap, semua tidak tepat dan tak pernah bisa menjangkau seluruh pesan yang ingin disampaikan oleh hujan. Dan hujan pun terus saja turun dengan pesan-pesannya tanpa menorehkan secara jelas apa yang ingin hujan ungkapkan.
Sebenarnya hujan tetaplah hujan, hanya tetesan air langit yang membasahi tanah kering akibat panas. Hujan hanyalah butiran air yang jatuh dari langit untuk menyiram tanaman Tuhan di bumi. Hujan tetap saja hujan, sebagai kelanjutan dari gumpalan awan hitam di langit yang turun dalam bentuk tetesan air agar bumi ini tetap ditumbuhi tanaman. Dan hujan tetap saja sebagai perantara dari air laut yang rindu akan permukaan tanah kering di bumi ini.
Lalu apa yang salah darinya, hujan hanya ingin membasahi tanah-tanah kering untuk tempat tumbuhnya tanaman. Kenapa banyak orang menyalahkannya ketika hujan turun deras di atas bumi. Seolah hujan selalu disalahkan atas ketidak berhasilan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Padahal, hujan hanya ingin bertemu dengan tanah-tanah kering yang haus akan kesejukannya. Hujan hanya ingin menyejukan suasana panas  yang dialami oleh bumi ketiak musim panas telah usai. Hujan hanya ingin bertemu dengan kekasihnya, dan melahirkan benih-benih tumbuhan baru sebagai bukti cintanya.
Namun hujan terus disalahkan, dicap sebagai pengganggu yang harus dihilangkan. Menjadi alasan untuk menuduh para orang yang tak punya kekasih telah berdoa agar hujan turun ketika malam minggu datang. Disalahkan karena terjadinya bencana yang menimpa suatu daerah. Dianggap tak penting serta hanya membawa bencana ketika musim penghujan telah datang. Semua menuduh hujanlah yang menjadi penyebab dari hal-hal yang tak pernah terduga sebelumnya. Hujan, hujan, hujan dan terus saja hujan yang disalahkan, tanpa bercermin sudah benarkah mereka memperhatikan hujan dan lingkungannya. Dan hujan terus saja menjadi simbol kesedihan yang dialami manusia.
Hari ini hujan, seperti biasanya musim penghujan yang menyapa bumi. Mungkin bumi sudah mulai kering karena pasokan air tak mengaliri sungai-sungai besar di tanah ini. atau mungkin tak ada air yang layak untuk menjadi pembasuh kotoran, dan penghilang dahaga tenggorokan kering. Di ujung tahun yang penuh dengan gerutu ini, air datang bersama awan-awan hitam pemberi naungan. Kesejukan dalam hari tanpa adanya matahari di kala pagi, membuat semua orang ingin tidur kembali.
Musim penghujan yang sama seperti tahun lalu, dengan rintikan air menari diatas bumi, kilatan-kilatan cahaya indah di langit, dan pelangi selepas hujan. Semua terasa lengkap dan tak ada yang tertinggal satu pun sebagai pemanis, dalam sebuah siklus setiap tahunnya. Pemandangan tentang tanah basah, rintik air hujan yang menari-nari, dan beberapa kain tak kering di jemuran. Semua itu sudah menjadi hal lumrah pada musim penghujan. Tapi hujan tetaplah hujan, tak bisa disalahkan sebab ia adalah rahmat dari Tuhan YME.
Lalu apa hak kita untuk menyalahkan hujan, jika semua yang dibawanya adalah kasih sayang dari Tuhan. Kasih sayang yang menguntungkan kita, dari kehausan dan kekerasan tanah. Segala tentang kehidupan yang layak untuk kita sebagai seorang manusia. Atau hanya sebuah rintik air untuk menumbuhkan tanaman-tanaman yang bisa kita peroleh hasilnya. Dan kita tetap saja menyalahkan hujan?, pikirkan kembali apa yang aku perbuat.
Mungkin datangnya hujan tak selalu sesuai dengan kebutuhan kita, tapi hujan pasti punya maksud ketika datang ke bumi. Entah itu hanya sekedar perintah dari sang pencipta, atau hanya ingin melihat wajah-wajah manusia. Entah hujan membawa sebuah doa-doa, atau hanya ingin bertemu dengan kekasih hatinya, tanah kering permukaan bumi. Yang jelas hujan telah datang di musim ini, ia membawa kesejukan dan kedamaian dalam hati setiap manusia. Dan sadar atau tak sadar, kadang hujan juga membuat kita kembali pada masa penuh kenangan.
 Misalkan saja kita sebut kenangan itu adalah masa lalu, entah masa lalu itu menyenangkan atau sebaliknya. Pastilah setiap orang mempunyai kenangan bersama dengan orang penting dalam hidupnya, beserta rintik air hujan. Semua kenangan hanya patut dikenang, bukan untuk diwujudkan kembali, karena tak akan sama, dan bukan untuk dibuang, karena kenangan sama berharganya dengan harta. Membawa kenangan dalam hidup adalah satu hal yang pasti, karena semua berakar dari masa lalu sebagai pelajaran manusia.
Kenangan tetaplah membayangi kita dalam setiap langkah yang kita ambil. Kenangan menjadikan pelajaran, pelajaran menjadikan sebuah pemikiran atas sesuatu keputusan yang harus diambil. Semua berkesinambungan dan selalu menunjukkan kualitas dari diri setiap orang. Dan mungkin hujan adalah salah satu cara untuk mengerti sebuah pesan dari Tuhan, yang ingin sampai pada kita semua. Hujan melunakkan sebuah hati yang keras akan sakit serta rasa kecewa, sehingga terhindar dari lupa.
Seperti hujan yang turun untuk membasahi tanah yang gersang dan keras dalam sebuah masa. Hujan mengucap beribu kata ilahi untuk melunakkan setiap tanah yang gersang dari bumi. Hujan juga sebagai pelajaran tentang betapa keikhlasan yang dimiliki oleh air dalam menyejukkan bagian-bagian bumi. Seperti kala hujan turun ke bumi, menyingkirkan rasa panas yang menyengat tubuh-tubuh manusia. Keikhlasannya tak bisa tertandingi dibandingkan sebuah hati, yang penuh dengan rasa ingin dimengerti. Hujan tak pernah menuntut sebuah lencana dari jasanya, atas kesejukan yang dihadirkan.
Saat semua tak peduli dengan turunnya hujan, bahkan ketika ia dihina dengan kata-kata tak patut. Ia tetap turun, ia tetap hadir sebagai penyejuk jiwa-jiwa kering dengan semua ketulusannya. Hujan tak pernah marah akan hinaan dan cemoohan dari setiap orang. Hujan terus ada, menemani siklus dalam dunia sebagai hal penting untuk menyuburkan tanah gersang. Hujan tetap dengan bahasanya tanpa pernah mencoba mengubah pendirian ataupun kesejukkannya. Dan hujan terus berharap akan ada hati-hati yang keras berubah seperti gemburnya tanah di musim penghujan. Tanpa mengharap penghargaan, tanpa mengharap tanda jasa sebagai ganti atas curahan kasih sayangnya.
Tapi hujan tetaplah hujan, sebuah air yang jatuh dari langit dan membasahi permukaan bumi. Hujan adalah sebuah tetesan air sejuk dari langit agar bumi ini tak terlalu panas. Mungkin itu sebabnya hujan turun, ia hanya turun agar bumi tak jadi neraka yang terbakar. Hujan membawa kesejukan sebagai rasa kasih sayang dari Tuhan pada manusia, yang mungkin sudah tak menganggap-Nya. Mungkin banyak pesan yang akan disampaikan langit pada manusia melalui hujan. Tapi tak semua manusia bisa mendengar dengan jelas apa yang disampaikan. Hidup dalam musim hujan haruslah mengerti apa yang akan disampaikan air hujan, tapi tidak menuhankannya.

Malang, 18 November 2017

Posting Komentar

0 Komentar