Kritik
Sastra dengan Metode Teori Kritik Sastra Sosiologi Sastra dalam Puisi “Dalam
Pejam” Karya Irma Agriyanti
Pendahuluan
Karya
sastra adalah cerminan dari kehidupan sosial yang ada di masyarakat. Entah
dalam karya sastra itu mengandung unsur pranata sosial dalam masyarakat,
pandangan seorang pengaran tentang keadaan sosial, atau hubungan antara
pengarang dengan kehidupan sosialnya. Dan sering sekalai hal itu dipakai oleh
seorang pengarang untuk di tuangkan dalam sebuah karya sastra.
Maka
dari itu hubungna antara karya pengarang dengan kehidupan sosialnya, tidak bisa
di pisahkan. Kadang sebuah karya sastra adalah ungkapan dari isi hati seorang
pengarang itu sendiri. Ia menggambarkan apa yang ia liahat dengan menulis karya
sastra sebagai ungkapan isi hatinya. Atau pengarang mencoba mengungkapakan
protes terhadap literatur sosial melalui karya sastranya.
Saya
memilih pendekatan sosiologi sastra terhadap karya Irma Agriyanti dalam puisi “Dalam Pejam” untuk menganalisi apakah
Irma Agriyanti menujukan kehidupannya dalam puisinya itu?. Sudahkah Irma
mewakili golongannya dalam penciptaan karya sastranya, dan apakah karya Irma
Agriyanti melukiskan kedaan zamanya. Semua pertanyaan itu didasari dengan
pendekatan sosiologi sastra yang saya ambil.
Jika
mengacu pada teori kritik sastra sosiologi sastra maka kita harus mempelajri
kehidupan Irma Agriyant terlebih dahului.Syair-syair Irma Yang melukiskan kehidupan
sosial yang ia jalani, dan seberapa besar pengaruh syairnya dalam masyarakat.
Serta yang Irma Agriyanti sudah melukiskan keadaan zaman pada puisinya “Dalam Pejam”. Atau Irma lebih
menggambarkan kehidupan sosial di masanya dengan sudut pandang diri sendiri.
Kajian
Teori
Teori
kritik sastra sosiologi sastra adalah teori kritik sastra yang menilai karya
sastra berdasarkan prinsip-prinsip sosial yang berjalan di masyarakat. Menurut
Sapardi Djoko Damono dalam keritik sastra indonesia moderen mengungkapkan,
hubungan sastra, sastrawan, dan masyarakt yang bersifat timbal balik
menimbulkan pertanyaan utama (pokok) dalam lingkup sosiologi sastra. Diantara
pertanyaan itu adalah, apakah latar belakang pengarang menentukan isi karyanya,
apakah dalam karya-karyanya pengarang mewakili golongannya, apakah karya sastra
yang digemari masyarakat itu sudah dengan sendirinya bermutu tinggi, sampai
berapa jauhkah karya sastra mencerminkan keadaan zamannya, apakah pengaruh
masyarakat yang semakin rumit, organisasinya itu terhadap penulisan karya
sastra, dan sebagainya. Demikian pemaparan dari Sapardi Djoko Damono mengenai
pokok-pokok pertanyaan dalam meniali karya sastra melalui pendekatan teori
keritik sastra sosiologi sastra.
Biodata
Pengarang
Irma
Agriyanti lahir di Mataram, Lombok. Karyanya berupa puisi, cerpen
dan opini dimuat beberapa media seperti Horison, Kompas, Jurnal Nasional,
Pikiran Rakyat, Indo Pos, Haluan Kepri, Suara Karya, Sinar
Harapan, Medan Bisnis, Bali Post, Minggu Pagi, Merapi,
Majalah Story, Majalah Sagang, Solo Pos, Joglosemar,
Radar Surabaya, Lombok Post, Suara NTB, Koran Kampung.
Buku antologi puisi tunggalnya, Requiem Ingatan (2013). Bergiat
di Komunitas Akarpohon, Yogyakarta.
Analisis
puisi “Dalam Pejam”
Irma
Agriyanti dalam puisinya memilih diksi yang sesui dengan keadaan yang ingin ia
gambarkan, sesuai dengan keadaan yang ada. Ia cenderung memilih kata dengan
perumpamaan-perumpamaan yang melukiskan kehidupan sosial seoerang tua, yang
akan menutup mata. Jika kita kupas satu persatu dari diksi yang diambil oleh
Irma dalam puisinya maka kita kan menemukan perumpaman-perumpamaan tersebut
yang mengarah pada situasi sosial itu.
Jika
kita artikan dengan seksama kaliamt ini “ia rebah seperti pukul tujuh yang menggeser
matahari” mengandung arti seorang yang berada dalam kepasrahan menjalani hari
senjanya. Lalu ditegaskan lagi dengan kalimat ” kesiur angin ketika
hening merambat batang pohon, meski, napas jam serupa arus jernih, kabut yang
mendatangi petang” yang berarti kesendirian yang dihadapinya saat hari senja mulai datang
menyapa. Dan kemudian Irma membanding kan keadaan itu dengan kalimat “tapi ada yang lenyap
bagai masa kecil dari tubuhku” yang dapt diartikan sebagai hilangnya semangat muda yang dulu ada pada
dirinya. Selanjutnya ia mengahiri syair tersebut dengan kata berikut “ia terpejam, menjauhi seluruh ingatan, juga televisi yang mengecupkan
selamat tinggal, lalu jatuh daun kenari, lalu waktu tak kelihatan” yang menggambarkan saat orang tua itu
menutup mata dan mengakhiri kehidupannya di dunia.
Irma
Agriyanti melukiskan kejadian di sekitarnya dengan perumpamaan-perumpaman untuk
menyembunyikan maksutnya. Ia memilih majas asosiasi untuk memperindah sayair
yang di buatnya. Ia menerangkan keadaan sosial disekitarnya dengan mengunakan
perumpamaan-perupamaan yang keseluruhannya mewakili keadaan sekitar. Irma tidak
mengunakan kalimat langsung dalam penyampaian maksut yang dituju. Ia lebih
nyaman menggunakan kata-kata kiasan untuk menyembunyikan maksut dari syairnya.
Puisi
“Dalam Pejam” karya Irma Agriyanti
melukiskan kedaaan seorang tua yang mulai rapauh menjalani sisa hidupnya. Dengan
judul dalam pejam ia dengan jelas mengutarakan keadaan orang tua yang mulai
menunggu datangnya kematian. Ia melukiskan keadaan sosial seoerang tua
kehilangan semangat masa mudanya saat hendak menutup mata. Terbukti dalam
kalimat “tapi ada yang
lenyap bagai masa kecil dari tubuhku”, Irma ingin mengungkapkan kehilangan dari seorang tua atas kehidupan
masa mudanya. Irma ingin melukiskan kehidupan setiap orang tua tanpa adanya
daya, yang dulu didapatkan. Irma Agriyanti melukiskan keadaan sosial tentang
para orang tua yang sedang menanti akhir hidupnya.
Irma menujukan bagaimana seorang tua menghadapi
menghadapi masa senja, seorang diri, tanpa di dampingi oleh orang-orang
terkasihnya. Menghadapi kehidupan masa tua dengan seorang diri, tergambar dalam
kaliam ketika “hening merambat batang
pohon”.
Keadaan masa tua yang sering terjadi pada setiap orang, yang ditinggalkan oleh
orang lain. Ketidak pedulian orang lain terhadapnya, membutnya mengingat masa
muda yang dulu ia rasakan telah hilang. Lalu ia melukiskan keadaan seorang tua
dalam kesendirian yang di jalani hingga akhirnya menutup mata. Semuanya
melukiskan tentang keadaan
0 Komentar